TRAKSI
LUMBAL ( TRAKSI PINGGANG)
Pengertian
Suatu
teknik terapi dengan menggunakan mesin mekanis berupa tarikan /peregangan pada
pinggang dan pelvis.
Tujuan
1. Membantu merelaksasi otot-otot daerah pinggang
(lumbal).
2. Membantu mengurangi penekanan/ kompresi/iritasi akar syaraf.
3. Membantu penguluran / peregangan otot-otot vertebrae regio lumbal.
Traksi lumbal adalah
sebuah alat dengan tenaga mekanik ataupun manual dengan cara kerja
yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak.
Jenis-jenis
traksi lumbal
American Medical
Association (2008) membagi traksi menjadi traksi mekanik, traksi
manual, autotraction, pneumatic traction dan dengan menggunakan
teknik terus-menerus atau continuous, dan terputus-putus
atau intermittent. Menurut Cameron (1999) manfaat
traksi lumbal adalah sebagai berikut : (1) membebaskan
sendi dari gangguan-gangguan sendi (joint distraction), (2) mengurangi
protursi dari hernia nukleus pulposus, (3) mangulur jaringan lunak,
(4) relaksasi otot, (5) mobilisasi persendian, (6) immobilisasi.
Cameron
(1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal pada kondisi nyeri
punggung bawah dengan sasaran untuk mengurangi spasme otot, menggunakan beban
tarikan 25% berat badan, menggunakan traksi lumbal, teknik intermitent
dengan perbandingan tarikan/waktu rileks 5/5 detik, total waktu yang diinginkan
20-30 menit, 2/3 kali per minggu,menunjukkan hasil yang signifikan dalam
pengurangan nyeri dan perbaikan fungsional. Menurut Hoeker
(1994) dikutip oleh Hartini (2007) menggunakan beban tarikan 25%
berat badan tarikan kurang dari 10 detik pada fase tarikan menyebabkan jarak
antar sendi sangat minimal, akan tetapi dapat mengaktifkan dan merangsang
propioreseptor yang ada pada sendi dan otot sehingga nyeri berkurang. Sedangkan
fase istirahat/rileks yang lebih pendek tetapi juga berorientasi pada
kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan panderita dan merasakan releksasi
otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan dapat
mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi spasme
otot, melancarkan peredaran darah sehingga nyeri bisa berkurang. Pemberian
teknik intermiten lebih baik dari continous dalam hal
rileksasi Cameron (1999). Posisi yang direkomendasikan oleh Thamrin (1991)
dikutip oleh Hartini (2007) adalah dengan tidur terlentang tungkai diganjal
sehingga terjadi fleksi paha dan lutut sebesar 90°, keadaan ini sangat penting
untuk mencegah hiperlordosis lumbal yang merupakan suatu posisi yang harus
dihindarkan pada penderita NPB, pernyataan tersebut didukung Rachma (2002).
Teknik
aplikasi traksi lumbal
Teknik dalam aplikasi traksi
ada dua cara yaitu statik dan intermiten. Dalam penelitian ini prosedur
penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai berikut :
a. Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik
dengan perangkat semi computer digital.
b. Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur
terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan eksorotasi 10-15 derajat
serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991 dikutp oleh
Hartini, 2007)
c. Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat
punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di atas krista iliaka dan
dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas untuk
menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan lumbal.
Michlle H. Cameron
merekomendasi parameter yang digunakan dalam aplikasi traksi untuk lumbal
adalah sebagai berikut :
Parameter traksi
lumbal (Cameron, 1999)
Area of spine and goals of
treatment
|
Force
|
Hold/relax times
(second)
|
Total traction time (
minutes)
|
Initial/acute phase
|
13-20 kg
|
static
|
5-10
|
Joint distraction
|
22,5 kg ; 50% of body
weight
|
15/15
|
20-30
|
Decrease muscle spasm
|
25% of body weight
|
5/5
|
20-30
|
Disc problem or strech soft
tissue
|
25% of body weight
|
60/20
|
20-30
|
Mekanisme
traksi lumbal
Mekanisme traksi lumbal dengan
teknik intermiten dapat menurunkan nyeri oleh stimulasi dari mekanoreseptor
oleh adanya oscillatory movements yang dapat mengaktifkan serabut
aferen berdiamter besar sehingga diperoleh penutupan dari spinal
gate (Cameron, 1999 dan Mardiman, 2001). Traksi dengan teknik intermiten
juga dapat merileksasikan otot-otot punggung bawah dengan stimulasi
dari golgi tendon organs (GTOs) untuk menginhibisi alfa motor neuron
sehingga menurunkan spasme otot (Cameron, 1999).
Johnstan (1986) dan Cryax
(1982) dikutip oleh Cameron (1999) tarikan yang dihasilkan oleh traksi lumbal
dengan kekuatan tarikan 50% berat badan akan mengurangi penekanan pada
permukaan dari sendi faset apabila ada gangguan atau distraksi pada sendi faset
yang menekan pada akar syaraf spinalis, dan dapat direkomendasikan untuk kasus
HNP ringan.
Swezey (1983 ) dan Basmajin
(1985) dikutip oleh Cameron (1999) traksi lumbal dilaporkan juga dapat
digunakan untuk mengulur jaringan lunak, panjang otot dan fleksibilitas
sehingga diperoleh rileksasi otot dari otot-otot para vertebra, dengan kekuatan
tarikan 25% berat badan.
Kontraindikasi
dari traksi lumbal
Kontra indikasi dari pemberian
traksi lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron (1999) adalah : (1)
kondisi trauma akut atau inflamasi (2) hipermobilitas atau instabilitas (3)
hipertensi yang tidak terkontrol (4) fraktur (5) osteoporosis (6) spondilosis
(7) selama proses terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian
traksi lumbal terapis harus selalu melakukan monitoring.